Perlahan mobil yang kutumpangi menjauh dari kota Madinah, kota Rossulullah SAW. Lirih kuucapkan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sambil berjanji dalam hati “aku akan kembali”, walau entah kapan. Hari ini memang hari terakhir perjalanan ibadah Ziarah sekaligus mengunjungi kota Madinah. Ada rasa yang tak bisa kuungkapkan ketika mobil ini semakin menjauh dari Masjid Nabawi.
Dengan menggunakan pakaian Ihrom, aku bersama rombongan menuju masjid Bier Ali. Di Masjid itulah tempat kami miqat, atau memulai niat untuk beribadah umroh. Sejak ini aturan dan larangan bagi orang yang berihram mulai berlaku. Beberapa larangan bagi orang berihram :
- menikahkan dan dinikahkan
- melakukan hubungan suami istri
- bercumbu atau melakukan hal-hal yang mengundang birahi
- onani
- memotong rambut atau melakukan apapun yang mengakibatkan jatuhnya rambut.
- Memotong kuku
- Menyembelih binatang.
- Berburu binatang
- Memotong pohon
- Bertengkar secara fisik maupun secara perkataan.
- Membuka aurat
- Memakai wangi-wangian
- Menutup kepala bagi laki-laki, menutup muka dan telapak tangan bagi wanita.
- Memakai pakaian yang berjahit dan sepatu bagi laki-laki.
“Labbaika Allahumma labbaika.
Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka.
laa syarika laka”.
Kalimat itu berulang-ulang diucapkan kami, menjawab panggilan Sang Khalik yang telah mengundang kami untuk datang ke RumahNya. Ustadz Ilham sang pemimpin rombongan memimpin kalimat Talbiyah ini, kami mengikuti dengan semangat. Namun tetap saja ketegangan tidak dapat disembunyikan dari wajah para jemaah, apalagi bagi jemaah yang baru sekali ini berangkat ibadah umroh / haji. Ketegangan ini wajar saja dirasakan mengingat untuk pertama kalinya kami akan melihat langsung rumah Allah SWT. Kabah. Saya jadi teringat beberapa waktu lalu sebelum keberangakatan ke tanah suci, ada rasa yang luar biasa tak terbendung ketika melihat wujud kabah di layar tv .